Analisa Rasio
A. Pengertian
Analisa Rasio
Rasio menggambarkan suatu hubungan
atau pertimbangan (mathematical relationship) suatu jumlah tertentu
dengan jumlah yang lain.
Analisa rasio akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran
kepada kepada analis tentang baik atau buruknya posisi keuangan suatu
perusahaan terutama apabila angka ratio tersebut dibandingkan dengan analisa
rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
Analisa rasio digunakan utk mengukur
tingkat likuiditas, solvabilitas, efektifitas operasi serta derajat keuntungan
suatu perusahaan (profitability perusahaan).
Untuk dapat menentukan/mengukur hal-hal tersebut diperlukan alat
pembanding yaitu:
•
Ratio
rata-rata industri
•
Rasio
Historis
KEUNGGULAN ANALISA RASIO
1. Lebih
mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Pengganti
yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan lapran keuangan.
3. Mengetahui
posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat
bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan
model prediksi
5. Menstandarisir
size perusahaan.
6. Lebih
mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain.
7. Lebih
mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan
datang
KETERBATASAN
ANALISA RASIO
- Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
- Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini.
- Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan dalam penghitungannya.
- Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama, sehingga jika diperbandingkan akan menimbulkan kesalahan.
MANFAAT ANALISIS RASIO KEUANGAN
Membantu penganalisis untuk mengetahui keadaan dan
perkembangan keuangan perusahaan yg bersangkutan.
Untuk mengambil manfaat rasio keuangan kita
memerlukan standar untuk perbandingan. Salah satu pendekatan adalah
membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan pola industri atau lini usaha di
mana perusahaan secara dominan beroperasi.
PENGGOLONGAN ANGKA RASIO
1. Rasio Likuiditas (Rasio Neraca)
2. Rasio Solvabilitas (Rasio Neraca)
3. Rasio Aktivitas (Rasio antar Laporan
Keunagan -Neraca dan Rugi/laba)
4. Rasio Rentabilitas (Rasio Laporan Rugi
Laba)
B. Analisa
Rasio Likuiditas
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan:
1.
Memenuhi
kewajiban tepat pada waktunya
2.
Memelihara
modal kerja yang cukup untuk operasi normal
3.
Membayar
bunga & dividen yg dibutuhkan
4.
Memelihara
tingkat kredit yang menguntungkan
Rasio Likuiditas terdiri dari:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Menunjukkan
tingkat keamanan (Margin of Safety)
Kreditor Jk Pendek atau kemampuan perusahaan membayar kewajiban Jangka
pendek
Rumus:
Aktiva
lancar
X 100 %
Hutang
lancar
Rasio
lancar 200 % kadang-kadang sdh
memuaskan bagi perusahaan, tetapi ratio 200% hanya merupakan kebiasaan (rule
of thumb) dan akan digunakan sbg titik tolak utk mengadakan analia lebih
lanjut. Rasio lancar yang tinggi belum
tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan, misalnya:
•
Jumlah
persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan sehingga
tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment
dalam persediaan tersebut
•
Saldo
piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih
•
Rasio
lancar yang terlalu tinggi kemungkinan menunjukkan kelebihan uang Kas atau
aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang. Analis
sebelum membuat kesimpulan yang akhir dari analisa rasio lancer harus
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
1.
Distribusi
atau proporsi daripada aktiva lancar;
2.
Data
trend daripada aktiva lancar dan hutang lancar, untuk jangka waktu 5 tahun atau
lebih dari waktu yang lalu;
3.
Syarat
yang diberikan oleh kreditor ke perusahaan dalam mengadakan pembelian maupun
syarat kredit yang diberikan oleh perusahaan dalam menjual barangnya
4.
Present
value (nilai
sesungguhnya) dari aktiva lancar, sebab ada kemungkinan perusahaan mempunyai
saldo pihutang yang cukup besar tetapi pihutang tersebut sudah lama terjadi dan
sulit ditagih sehingga nilai realisasinya mungkin lebih kecil dibandingkan
dengan yang dilaporkan
5.
Kemungkinan
perubahan nilai aktiva lancar, karena nilai persediaan semakin turun (deflasi)
maka aktiva lancar yang besar (terutama ditunjukkan dalam persediaan) maka
tidak menjamin likuid perusahaan:
6.
Perubahan
persediaan dalain hubungannya dengan volume penjualan se karang atau di masa
yang akan datang, yang rnungkin adanya over investment dalarn persediaan;
7.
Kebutuhan
jumlah modal kerja di masa mendatang semakin besar, kebutuhan modal kerja di masa yang akan
datang maka dibutuhkan adanya ratio yang
besar pula;
8.
Type
atau jenis perusahaan (Memproduksi sendiri barang yang dijual, perdagangan atau perusahaan jasa).
b. Rasio Kas (Cash ratio)
Membayar kewajiban dengan setara kas
yang tersedia
Rumus:
Setara Kas = Kas + Surat Berharga
x
100 %
Hutang lancar
c. Rasio cepat (quick ratio)
Membayar kewajiban dgn aktiva lancar
yang lebih likuid
Rumus:
Setara Kas + Piutang
x 100 %
Hutang lancar
d. Working Capital to Total Assets
Mengukur
likuiditas dari total aktiva & posisi modal kerja
Rumus:
Aktiva Lancar – Hutang Lancar x
100 %
Total Aktiva
C. Analisa
Rasio Solvabilitas
Menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka panjangnya. Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek
tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang.
Hal-hal yang menguntungkan dalam jangka pendek dengan
mudahi dapat digoyahkan dengan pos-pos jangka panjang misalnya:.
•
Adanya
understated (dicatat terlalu kecil) atas penyusutan mengakibatkan laba dalam tahunn pertama
besar,karena biaya depresiasi yang kecil, income overstated, tetapi
dalam jangka panjang perusahaan tidak
dapat memperoleh kembali aktiva tetapnya, kondisi ini merupakan penurunan
kapasitas yang sangat membahayakan kelangsungan usaha, krn aktiva blm habis
disusut tetapi sudah tidak dapat digunakan.
•
Jatuh
tempo htg jk panjang tidak direncanakan dgn baik, sehingga pada saat jatuh
tempo perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
•
Struktur
modal yang tidak baik, misalnya jumlah hutang lebih besar daripada modal
sendiri.
•
Pada
waktu terjadi tendensi inflasi perusahaan menggunakan perhitungan harga pokok
historis (dengan metode FIFO), sehingga harga pokok penjualan kelihatan sangat
rendah, padahal harga jual meningkat sehingga mengakibatkan profit margin
kelihatan tinggi. Hal ini menyebabkan aktiva lancar (terutama persediaan)
semakin turun karena dengan jumlah uang yang sama tidak dapat memperoleh jumlah kuantitas persediaan yang sana sepertijumlah
sebelumnya
Rasio
solvabiltitas terdiri rasio dari:
a. Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva
Menunjukkan
tingkat solvabilitas perusahaan dengan anggapan bahwa semua aktiva akan dapat
direalisir sesuai dengan yang dilaporkan di Neraca
Rumus:
Total Modal
Sendiri
x 100 %
Total Aktiva
Semakin
tinggi rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal pinjaman yang digunakan
untuk membiayai aktiva perusahaan
Bila
membandingkan ratio ini dari tahun ke tahun atau antara perusahaan yang sejenis
dalam waktu yang sama mungkin terjadi berbagai perbedaan yang disebabkan:
·
Perbedaan
kebijaksanaan di dalam metode penyusutan.
Misalnya
dua perusahaan yang mempunyai modal dengan komponen yang sama, tetapi antara
perusahaan tsb menggunakan metode penyusutan yang berbeda.
·
Perbedaan
dalam penggantian/penghentian aktiva tetap. Misalnya suatu perusahaan
mempertahankan suatu aktiva yang sudah out of date, sedang lainnya segera
mengganti aktivanya, maka penyusutan aktiva akan berbeda dan kemungkinan ada
rugi-laba karena penggantian.
·
Perubahan
tingkat harga. Dalam keadaan inflasi maka harga riil lebih besar dari nilai
buku. Kalau yang satu menyesuaikan dengan kenaikan harga atau mengadakan
revaluasi dan yang lain ttetap mencatat at cost.
·
Kebijaksanaan
dalam hubungannya dengan devidend. Dua perusahaan dengan struktur modal yang
sama dan tingkat keuntungan yang sama, tetapi yang satu likuid untuk membayar
deviden yang besar sedang lainnya illikuid sehingga deviden yang dibagi kecil
atau bahkan dengan stock devidend, maka ini akan herakibat pada proprietory
ratio yang berbeda
·
Perbedaan
dalam kebijaksanaan pembiayaan aktiva dan sebagainya.
b.
Rasio Modal Sendiri Dengan Aktiva Tetap
Menujukkan
berapa besar aktiva tetap dibiayai modal sendiri
Rumus:
Modal
Sendiri
x
100 %
Nilai Buku Aktiva Tetap
Kalau
rasio ini >100% berarti aktiva tetap seluruhnya dibiayai modala sendiri
Kalau
rasio ini <100% maka sebagian aktiva tetap dibiayai dengan modal pinjaman
sedang aktiva lancar dibiayai dengan seluruh modal pinjaman
c.
Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Tetap
Menujukkan
tingkat keamanan yg dimiliki kreditor atau kekmampuan perusahaan untuk
memperoleh pinjaman dengan jaminan aktiva tetap
Rumus:
Nilai
Buku Aktiva Tetap
x 100 %
Hutang Tetap
d.
Rasio Nilai Buku Per saham
Menunjukkan
jumlah rupiah yang akan dibayarkan untuk setiap lembar saham apabila perusahaan
pada saat itu dibubarkan degan anggapan semua aktiva pada direalisasi
dengan harga yang sama dengan nilai
bukunya
Rumus:
Jumlah Modal
x 100 %
Saham Berdedar (Lbr)
e.
Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Tetap
Menujukkan
tingkat keamanan yang dimiliki kreditor atau kemampuan perusahaan untuk
memperoleh pinjaman dengan jaminan
aktiva tetap
Rumus:
Nilai Buku
Aktiva Tetap
x 100 %
Hutang Tetap
f.
Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva
Bagian dari
setiap rupiah aktiva digunakan untuk menjamin total hutang
Rumus:
Total Hutang
x 100 %
Total Aktiva
D. Analisa
Rasio Aktivitas
Rasio
aktivas terdiri dari:
- Perputaran Piutang
Kemampuan
dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam periode tertentu
Rumus:
Penjualan Kredit
=….. x
Piutang rata-rata
Semakin
tinggi perputaran menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang semakin
rendah, sebaliknya rasio semakin rendah berarti ada over invesment dalam
piutang.
Penurunan
rasio ini dapat di sebabkan oleh faktor sebagai berikut:
-
Turunnya
penjualan dan naiknya piutang.
-
Turunnya
piutang diikuti turunnya penjualan dalam jumlah lebih besar.
-
Naiknya
penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yaang lebih besar.
-
Turunnya
penjualan dengan piutang yang tetap.
-
Naiknya
piutang sedangkan penjualan tidak berubah.
b. Days
of Receivable
Periode
rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang
Rumus:
Piutang
rata-rata x 360 hari
=….. x
Penjualan Kredit
Semakin
besar periode rata-rata, maka semakin besar resiko kemungkinan tidak
tertagihnya piutang
c. Perputaran
Persediaan
Kemampuan
dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam periode tertentu
Harga Pokok
Penjualan
=….. x
Persediaan rata-rata
Semakin
tinggi perputaran menunjukkan modal kerja yang tertanam dlm persediaan semakin rendah, sebaliknya rasio semakin
rendah berarti ada over stock dalam persediaan
- Days Of Inventory
Periode
rata-rata persediaan berada digudang
Rumus:
Persediaan
rata-rata x 360 hari
=….. x
Harga Pokok Penjualan
Semakin
besar periode rata-rata, maka semakin besar resiko kemungkinan persediaan
berada digudang
f. Peprputaran
Modal Kerja
Kemampuan
modal kerja netto berputar dalam satu periode tertentu (Siklus kas dari
perusahaan)
Rumus:
Penjualan
=….. x
Aktiva Lancar – Hutang Lancar
E. Analisa
Rasio Rentabilitas
Rasio
rentabilitas terdiri rasio dari:
a. Ratio
Operating Income dengan Operating Assets
Mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dengan aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan tersebut
Rumus:
Laba Usaha
x 100 %
Aktiva Usaha
Aktiva
Usaha: Seluruh aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva lain yang
tidak digunakan dalam kegiatan untuk memperoleh penghasilan pokok perusahaan
Manfaat
Rasio ini: dapat digunakan untuk membandingkan 2 atau lebih perusahaan yang
memiliki struktur permodalan yang berbeda atau untuk membandingkan perusahaan
yang sama untuk dua periode yang berbeda
Ratio
yang rendah menunjukkan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:
- Adanya
over investmen dalam aktiva yang digunakan untuk operasi dlm hubungannya
dengan volume penjualan yang diperoleh dengan aktiva tersebut.
- Merupakan
cermin rendahnya volume penjualan dibandingkan dengan ongkos-ongkos yang
diperlukan.
- Adanya
inefisiensi baik dalam produksi, pembelian maupun pemasaran
- Adanya
kegiatan ekonomi yang menurun.
b. Turnover
dari Operating Assets
Mengukur
tentang kemampuan sampai berapa jauh aktiva telah digunakan dalam kegiatan
usaha atau berapa kali operating assets berputar dalam suatu periode
Rumus:
Penjualan
x 100 %
Aktiva Usaha
- Gross Profit Margin
Mengukur
kemampuan memperoleh laba kotor atau setiap satu rupiah penjualan menghasilkan
laba kotor sekian rupiah
Rumus:
Laba kotor
x 100 %
Penjualan
d. Operating
Margin Ratio
Rumus:
Laba usaha
x 100 %
Penjualan
e. Net
Margin Ratio
Rumus:
Laba
Bersih-Pajak
x 100 %
Penjualan
- Operating Ratio
Biaya
operasi per rupiah penjualan
Rumus:
HPP + Biaya Operasi
x 100 %
Penjualan
F. Rasio
Profitabilitas
Rasio ini merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan.Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektifitas manajemen seatu perusahaan.
a.
A. Margin Laba Penjualan (Profit Margin On Sales)
Rasio profit margin atas
penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba
atas penjualan.
Ø Margin Laba Kotor, dapat
digunakan untuk menentukan Harga Pokok Penjualan.
Profit Margin On Sales = Net Sales Cost of Good Sold
Sales
Ø Margin Laba Bersih,
menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.
Sales
a.
B. Hasil Pengembalian Investasi (Return On Investment/ROI)
ROI merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva
yang digunakan dalam perusahaan. Juga merupakan suatu ukuran tentang
efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.ROI = Earning After Interest And Tax (EAIT)
Total Assets
a.
C. Hasil Pengembalian Investasi (ROI) Dengan Pendekatan Du Pont
Hasil Pengembalian Investasi seperti rumus diatas dapat juga dicari
dengan menggunakan pendekatan Do Pont dengan rumus sebagai berikut :ROI = Margin Laba Bersih X Perputaran Total Aktiva
D. Hasil Pengembalian Ekuitas
(Return On Equity)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba
bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.Rasio ini juga menunjukkan efisiensi
penggunaan modal sendiri.Semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya posisi
pemilik perusahaan semakin kuat. ROA = Earning After Interest And Tax
Equitas
a.
E. Hasil Pengembalian Ekuitas (ROA) Dengan Pendekatan Du Pont
Hasil Pengembalian Ekuitas seperti rumus diatas, dapat juga dicari
dengan menggunakan pendekatan Do Pont dengan rumus sebagai berikut :ROI = Margin Laba Bersih X Perputaran Total Aktiva X Pengganda Equitas
a.
F. Laba per Lembar Saham Biasa (Earning per Share of Commont
Stock)
Rasio ini disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur
keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham.Laba per Saham = Laba Saham Biasa
Saham Biasa yang Beredar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar